Pasangan Karna dan Koko, Burhan menjelaskan, belum terlihat ada peningkatan elektabilitas setelah kedua tokoh berpasangan.
“Mungkin perlu waktu, karena Pak Karna dari basis PDI Perjuangan dan Pak Koko dari basis PKS, ini kan nggak mudah yah menggabungkan kedua kekuatan jadi perlu waktu kedua struktur partai menggabungkan dua kekuatan yang sering kali diasumsikan oleh pengamat seperti minyak dan air,” sambungnya.
Burhan mengatakan hasil survei ini bukanlah hasil mutlak Pilkada 27 November. Sebab masih ada waktu untuk kedua pasangan kandidat meningkatkan popularitas dan elektabilitas masing-masing.
“Pemilihan ini bisa berubah, naik turun. Pak Eman jangan terlalu santai, Pak Karna masih ada waktu jangan patah semangat apalagi dua setengah bulan bukan waktu yang pendek itu waktu yang panjang, selisih juga nggak terlalu jauh. Dua setengah bulan bisa membuat perubahan,” ujarnya.
Baca juga : HJKB ke-214, Rumah Sakit Bandung Kiwari dan PMI Gelar Donor Darah
Survei Indikator dilakukan pada periode 8-13 September 2024 di 26 Kecamatan dengan jumlah sampel 400 responden yang sudah berusia 17 tahun atau lebih.
Baca Juga:
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara secara langsung menggunakan metode random sampling dengan toleransi kesalahan (margin of error–MoE) sekitar ±5% pada tingkat kepercayaan 95%.
Setelah proses wawancara, Indikator Politik Indonesia juga melakukan quality control atau spot check terhadap hasil survei di lapangan.
Quality control dilakukan secara random sebesar 20 persen dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih. Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan.***